Monday, November 21, 2011

Jerat Dibalik 10 Detik


          Matahari mulai menyusup celah bilik kamar rumahnya, ku tengok  dilengan kiriku si mungil mentari menunjukan  pukul 06.30 wib. kuambil tas gandongku lalu keluar  dari kamar dengan terburu-buru berpamitan pada nenek ku yang sedang berbaring sakit. Aku mencium tangannya yang semakin hari membengkak kebiruan karena penyakit yang dideritanya.  Sebelum aku berangkat aku selalu berbagi tugas dengan kakakku  menyapu, menimba air, mencuci, sisanya kakak ku yang mengerjakan. Kakak ku seorang jurnalis, namanya Fatimah. Ia bekerja disalah satu majalah yang cukup popular. Setiap pagi kami harus mengerjakan tugas masing-masing.
            Sejak umur 4 tahun aku ditingal sang Ibu, aku hanya bias merasakan kasih saying dari sang ayah tidak lepas juga dari Kakaku dan Nenekku. Tidak lamapun ayah menyusul sang Ibu, ia terkena stroke dan kami tidak bias membiayai beliau. dasar waktu itu. saat aku duduk di sekolah. Sungguh berat hati ini ketika harus ditinggal oleh orang yang kita cintai. Saat lanjut usia nenekku menderita penyakit jantung. “ Nek, aku pergi dulu ya. Doakan aku Nek, assalamu’alaikum.”. “Wa’alaikum sallam”, jawab Nenek denagn suara pelan dan lembut. Lalu ia tersenyum hangat dan  tulus memberikan pada diriku, membuat semangat bahagia bertabur nelangsa. Aku keluar  lalu kukenakan sepatu “ Ya selesai deh. “ beranjak dari tempat duduk  lalu pergi. “Aku berangkat Kak.” Teriakku  dari depan rumah. “Ya, hati-hati.” Jawab Kakanya dari belakang rumah. Sambil ku lirik jam ditangan kiriku menunjukan pukul 06.35 WIB. Semakin kupercepat langkahku menuju perempatan jalan menunggu angkutan umum. Rasa gelisah menghantuiku 5 menit aku menunggu angkutan belum ada juga. “Aduh celaka”, terbenak dalam hatiku sambil ku gigit jari telunjuk kananku.  Sesekali kulirik si mungil mentari mungilku menunjukan pukul  06.43 wib. “Aduh pasti aku kena lagi, ya ampun..makan tuh hukuman”, lirihku dalam  hati. Ku gigit jari telunjukku dan sesekali kutengok kanan kiri. Akhirnya angkutan lewat, segera kunaiki dan tidak ada seorangpun teman satu sekolah yang naik bersamaku mungkin saja mereka telah berangkat lebih pagi, Turunlah aku di persimpangan jalan dan menunjukan pukul 06.55.” Aduh mati aku, satpam pasti sudah ada di depan gerbang, belum lagi aku harus berjalan kaki